Mars Mungkin
Sudah Bisa Dihuni Saat Ini
Planet Mars saat ini memungkinkan untuk dihuni.
Pernyataan itu diungkapkan para peneliti bidang astrobiologi yang menghadiri
konferensi The Present-Day Habitability of Mars yang diprakarsai oleh NASA
Astrobiology Institute bersama UK Centre for Astrobology pada 4 -5 Februari
lalu di University of California Los Angeles. Pada konferensi ini, dipresentasikan berbagai hasil
penelitian yang berkaitan dengan kemungkinan menempati Planet Mars sebagai
habitat baru. Berbagai bukti dan fakta hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi Planet Mars saat ini memungkinkan untuk ditinggali. "Kita tidak mungkin dapat mengabaikan kemungkinan
bahwa saat ini Mars memungkinkan untuk ditempati," ujar Alfred McEwen dari
University of Arizona, yang juga investigator kepala untuk kamera HiRise pada
wahana Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA seperti dikutip Space.com,
Senin (25/2/2013). McEwen menyebutkan, berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan HiRise, ada 16 lokasi lereng yang teridentifikasi mengalirkan brine
water (air yang mengandung garam) di kompleks ngarai Valles Marineris di
planet merah itu. Teknisi Caltech, Edwin Kite, menambahkan adanya
kemungkinan terjadinya proses deliquescence yang ikut "bertanggung
jawab" pada munculnya cairan di permukaan Mars. Proses deluquescene yang
dimaksud adalah proses ketika uap air yang ada di atmosfer dikumpulkan oleh
senyawa tertentu yang ada di daratan, yang mengubah uap air itu menjadi cairan.
Namun, temuan McEwen ini masih perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui apakah air garam yang ditemukan bisa ditempati oleh mikroba, baik mikroba yang berasal dari Mars maupun Bumi.
Fakta lain yang mendukung adalah adalah jenis-jenis mikroba yang mampu hidup pada lingkungan ekstrem yang menyerupai kondisi di Mars. Adalah Chris McKay dari Ames Research Center NASA di Moffett Field, California, yang memberikan contoh yang mendukung hal tersebut. Ia mencontohkan keberadaan mikroba yang hidup di Gurun Atacama, Amerika Selatan, dan lereng kering di Antartika, yang mampu hidup pada kondisi ekstrem dingin dan kering. Mikroorganisme di kedua tempat tersebut mengembangkan mekanisme tertentu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Organisme yang hidup di lereng kering di Antartika beradaptasi dengan menggali ke dalam batuan, tidak terlalu dalam, tetapi cukup untuk melindunginya dari sinar UV dan tetap memungkinkan untuk melakukan fotosintesis.
McKay juga mendukung fenomena delisquence. Ia menemukan fenomena yang sama terjadi di Gurun Atacama. Di gurun tersebut, garam-garam yang ada di permukaan tanah mengumpulkan uap air sampai terbentuk aliran air yang cukup untuk menyokong kehidupan di gurun tersebut. Karenanya, ia menyarankan pada teknisi yang bekerja di proyek Mars rover Curiosity NASA agar memberikan perhatian khusus pada garam yang mungkin ditemukan dalam penjelajahannya. Alasan lain yang mendukung kemungkinan Mars dapat ditinggali adalah adanya sumber energi alternatif yang bisa dimanfaatkan. Sumber energi alternatif yang dimaksud adalah senyawa perklorat. Careol Stoker, pakar dari NASA Ames, mengatakan, perklorat dapat digunakan sebagai sumber energi potensial untuk mikroba kemoautotrof. Ia menekankan bahwa senyawa kimia itu bisa digunakan sebagai sumber energi untuk kelanjutan hidup mikroba yang hidup di bawah permukaan Mars yang gelap saat fotosintesis tidak mungkin dilakukan. Kemoautrotof adalah kelompok mikroba yang menggunakan senyawa kimia untuk menyusun makanannya. Stoker menambahkan, beberapa jenis mikroba di Bumi juga menggunakan perklorat sebagai makanan mereka.
Namun, temuan McEwen ini masih perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui apakah air garam yang ditemukan bisa ditempati oleh mikroba, baik mikroba yang berasal dari Mars maupun Bumi.
Fakta lain yang mendukung adalah adalah jenis-jenis mikroba yang mampu hidup pada lingkungan ekstrem yang menyerupai kondisi di Mars. Adalah Chris McKay dari Ames Research Center NASA di Moffett Field, California, yang memberikan contoh yang mendukung hal tersebut. Ia mencontohkan keberadaan mikroba yang hidup di Gurun Atacama, Amerika Selatan, dan lereng kering di Antartika, yang mampu hidup pada kondisi ekstrem dingin dan kering. Mikroorganisme di kedua tempat tersebut mengembangkan mekanisme tertentu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Organisme yang hidup di lereng kering di Antartika beradaptasi dengan menggali ke dalam batuan, tidak terlalu dalam, tetapi cukup untuk melindunginya dari sinar UV dan tetap memungkinkan untuk melakukan fotosintesis.
McKay juga mendukung fenomena delisquence. Ia menemukan fenomena yang sama terjadi di Gurun Atacama. Di gurun tersebut, garam-garam yang ada di permukaan tanah mengumpulkan uap air sampai terbentuk aliran air yang cukup untuk menyokong kehidupan di gurun tersebut. Karenanya, ia menyarankan pada teknisi yang bekerja di proyek Mars rover Curiosity NASA agar memberikan perhatian khusus pada garam yang mungkin ditemukan dalam penjelajahannya. Alasan lain yang mendukung kemungkinan Mars dapat ditinggali adalah adanya sumber energi alternatif yang bisa dimanfaatkan. Sumber energi alternatif yang dimaksud adalah senyawa perklorat. Careol Stoker, pakar dari NASA Ames, mengatakan, perklorat dapat digunakan sebagai sumber energi potensial untuk mikroba kemoautotrof. Ia menekankan bahwa senyawa kimia itu bisa digunakan sebagai sumber energi untuk kelanjutan hidup mikroba yang hidup di bawah permukaan Mars yang gelap saat fotosintesis tidak mungkin dilakukan. Kemoautrotof adalah kelompok mikroba yang menggunakan senyawa kimia untuk menyusun makanannya. Stoker menambahkan, beberapa jenis mikroba di Bumi juga menggunakan perklorat sebagai makanan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar