Pemakai
nomor punggung di sepak bola itu pasti ada artinya dong, apalagi kalau di club
Manchester United legendanya sihh pemakai nomor punggung 7 memiliki
keistimewaan tersendiri. Mau tau siapa aja orang – orang tersebut? Yoo mari
baca artikelnya!!!
1. George
Best
Best yang
lahir pada tanggal 22 Mei 1946 adalah seorang pemain sayap super yang mampu
mengkombinasikan kecepatan, akselerasi, keseimbangan, kemampuan mencetak gol,
kegesitan melewati hadangan lawan serta secara natural mampu menggocek bola
sama baik dengan kedua kakinya. Masa kejayaan Best berlangsung di tahun 1968
ketika ia meraih gelar Pemain Terbaik Eropa dan merebut Piala Champion bersama
MU. Selama karirnya yang cemerlang Best berhasil merebut simpati penggemar
Setan Merah.
Begitu
hebatnya Best sehingga IFFHS (International Federation of Football History
& Statistics) memilihnya di urutan 11 jajaran Pemain Terbaik Eropa Abad Ini
dan peringkat 16 dalam pemilihan Pemain Terbaik Dunia Abad ini pada tahun 1999.
Pele menyebutnya sebagai salah satu dari 125 Pemain Terbaik Dunia di peringkat
19 di belakang legenda Jerman Gerd Muller.
Sebelum era
Beckham, George Best-lah yang menjadi ‘seleb’ atau pesohor bola Theatre of
Dreams. Sayang gaya hidupnya yang senang berpesta membuatnya kecanduan alkohol
yang pada akhirnya mengakibatkan kejatuhan karir dan kematiannya, Best
meninggal di usia 59 tahun pada bulan November 2005. Begitu parahnya kecanduan
ini hingga pada suatu ketika Best mencuri dompet seorang wanita tidak dikenal
ketika dia bermain di Amerika hanya untuk membeli minuman keras. Namun
sumbangannya bagi dunia sepakbola membuat nama Best tetap dikenang sebagai
salah satu pemain terbaik dunia.
Nama Best
diabadikan sebagai nama bandara di Belfast City yang kini bernama George Best
Belfast City Airport. Di Irlandia Utara, ungkapan apresiasi ini menjadi
legenda: “Maradona good; Pelé better; George Best.”
2. Willie
Morgan
Willie
adalah panggilan kesayangan William Morgan yang lahir 2 Oktober 1944 di
Sauchie, Clackmannanshire. Pemain bola asal Skotlandia ini bertipe sayap dan
memulai karirnya di Burnley. Ia memperoleh tempat tetap di tim utama Burnley
untuk menggantikan John Connelly yang hijrah ke Manchester United. Hebatnya,
pada pertandingan Boxing Day melawan MU, Morgan mencetak dua gol pertamanya
untuk membantu Burnley menghajar MU 6-1 di Turf Moor.
Musim panas
1968, Morgan didatangkan oleh Sir Matt Busby ke Man Utd untuk sekali lagi
mengisi pos yang ditinggalkan oleh John Connelly. Morgan mencetak 34 gol selama
karirnya untuk Setan Merah walaupun gagal menembus final Piala Champion setelah
ditundukkan AC Milan. Tahun 1970 dan 1971, Morgan dianugerahi Supporters Player
of the Year dua tahun berturut-turut. Pada tahun 1972, setelah bermain melawan
Brazil mewakili negaranya, Morgan mendapat julukan ‘Pemain Sayap Kanan Terbaik
di Dunia’ dan membawa Skotlandia ke putaran final Piala Dunia. Pada putaran
1973 – 1975, Morgan menjadi kapten Manchester United sebelum akhirnya pulang
kembali ke Burnley untuk digantikan oleh Steve Coppell.
3. Steve
Coppel
Berakhirnya
era Busby Babes pada tahun 70-an membuat prestasi Manchester United naik turun,
begitu parahnya sehingga pada tahun 1975 Man Utd harus mulai berjuang dari
divisi dua. Manajer Tommy Docherty memiliki solusinya, seorang pemain sayap
kanan belia berusia 19 tahun yang pada saat itu masih kuliah di Liverpool
University dan bermain untuk Tranmere Rovers. Docherty berebut dengan tim lain
untuk mengontrak Steve Coppell yang memiliki teknik dan sikap menawan. Ketika
tim lain mundur saat mereka menyadari fisik Coppell ‘terlalu kecil’, Docherty
tidak ambil pusing. Sepuluh penampilan dan satu gol dari Coppell sedikit banyak
membantu tim muda Docherty kembali ke divisi utama dalam waktu setahun.
Stephen
James ‘Steve’ Coppell dilahirkan pada tanggal 9 Juli 1955 di Croxteth dan
walaupun selalu terpesona oleh Liverpool, ia tidak memiliki masalah untuk
bermain bagi tim rivalnya, Man Utd. Pada tahun 1976, setahun setelah naik ke
divisi utama – Man Utd berhasil menembus final Piala FA sebelum akhirnya
ditundukkan Southampton di final. Tahun berikutnya, Man Utd kembali ke final
Piala FA untuk berhadapan dengan Liverpool yang sedang on fire dan mengejar
gelar treble. Coppell dan kawan-kawan melupakan kenangan buruk tahun sebelumnya
dan menundukkan Liverpool 2-1.
Delapan musim
bermain di Old Trafford, Coppell bermain di bawah arahan tiga manajer:
Docherty, Sexton dan Atkinson. Mereka selalu memberi tempat di tim utama bagi
Coppell yang dari 395 penampilannya mencetak 70 gol. Hebatnya lagi, Coppell
masih memegang rekor bermain sebagai starter untuk Setan Merah dalam 206
pertandingan berturut-turut di semua kompetisi.
Sayang karir
pemain cemerlang ini terhenti di usia muda, pada pertandingan kualifikasi Piala
Dunia antara Inggris dan Hungaria di Wembley, Coppell mengalami cidera serius
dan walaupun telah melalui beberapa operasi penting, kesehatannya tidak pernah
pulih. Coppell memutuskan untuk gantung sepatu pada bulan Oktober 1983 pada
usia 28 tahun.
4. Bryan
Robson
Bryan Robson
yang lahir pada tanggal 11 Januari 1957 di Chester-le-Street, County Durham
adalah pemegang ban kapten Manchester United terlama sepanjang sejarah. Sebelum
bermain untuk Setan Merah, Robson meniti karir di West Bromwich Albion. Selain
menjadi kapten MU, Robson juga menjadi kapten tim nasional Inggris untuk 65
pertandingan dari keseluruhan 90 penampilan.
Pemain yang
sering dijuluki ‘Robbo’ atau ‘Captain Marvel’ ini dikontrak oleh Man Utd pada
Oktober 1981 dan menjadi pemain termahal di liga Inggris saat itu. Rekor ini
tidak akan terpecahkan hingga tahun 1987 ketika Liverpool membeli Peter
Beardsley. Sebulan setelah dikontrak, Robson mencetak gol pertamanya bagi MU
yang kelak berakhir 13 musim kemudian dengan hampir 500 penampilan dan mencetak
99 gol.
Robson
menjadi kapten United pertama yang berhasil mengangkat trofi Piala FA untuk
tiga musim (walaupun tidak berturut-turut) dan mengalami masa keemasan ketika
United berhasil menundukkan Barcelona 2-1 di final Piala Winners 1991. Ini
seperti membalas kegagalan Robson yang walaupun menyumbangkan dua gol di Old
Trafford untuk mengalahkan Barcelona 3-0 setelah sebelumnya tunduk 2-0 di Nou
Camp pada perempatfinal Piala Winner pada tahun 1984 namun akhirnya menderita
cidera yang membuatnya tidak tampil maksimal saat Man Utd ditundukkan Juventus
di semifinal ajang yang sama.
Robson
mengakhiri karir panjangnya di Man Utd untuk mengejar karir sebagai
pemain-pelatih bagi Middlesbrough. Selanjutnya, Robson juga melatih Bradford
City, West Bromwich Albion, Sheffield United dan tim nasional Thailand.
Pada saat
hijrah dari WBA dan ditanyakan apa alasannya bergabung dengan Manchester
United, Robson menjawab dengan yakin. “Motivasi utamaku bukanlah uang. Aku
hanya ingin menjadi pemenang.”
5. Eric
Cantona
Dialah sang
raja. Eric ‘The King’ Cantona mengawali karirnya di Manchester United pada
pertandingan persahabatan melawan Benfica di Lisbon untuk memperingati ulang
tahun ke 50 pemain legendaris Portugal, Eusébio. Pertandingan ofisial
pertamanya adalah ketika Cantona masuk menjadi pemain pengganti pada saat derby
dengan Manchester City di Old Trafford pada tanggal 12 Desember 1992.
Sebelum
mendapatkan Cantona, MU mengalami musim yang menyesakkan, musim sebelumnya
mereka hanya bisa menahan nafas melihat Leeds United meraih gelar dengan
Cantona sebagai aktor utama Leeds. Musim ini mereka berada di belakang Aston
Villa dan Blackburn Rovers yang saling berkejaran untuk meraih gelar liga,
begitu juga tantangan maut dari kuda hitam Norwich City dan QPR. Masalah utamanya?
Setan Merah tidak mampu mencetak gol. Brian McClair dan Mark Hughes kehilangan
sentuhan, Dion Dublin cedera panjang dan Alex Ferguson pusing tujuh keliling.
Masuklah
Cantona.
Dia mencetak
gol, mengirim assist dan memberikan nuansa juara bagi Man Utd. Tepat seminggu
setelah debut melawan The Citizens, Cantona mencetak gol pertama pada
pertandingan yang berakhir imbang 1-1 saat berhadapan dengan Chelsea, tepat
seminggu kemudian pada Boxing Day, Cantona membantu MU bangkit dari kekalahan
3-0 di babak pertama untuk memaksa imbang Sheffield Wednesday 3-3 dan mencetak
gol keduanya. Namun justru dua minggu kemudian, 9 Januari 1993 saat berhadapan
dengan Tottenham Hotspurs-lah Cantona menunjukkan kelasnya dengan mencetak satu
gol dan membantu terciptanya 3 gol lain untuk hasil akhir 4-1 bagi MU. Musim
itu berakhir dengan gelar juara Premier League dengan jarak 10 point dari
peringkat kedua, gelar ini adalah gelar juara liga pertama bagi MU di ranah
Inggris sejak tahun 1967.
Cantona
menjadi pemain pertama – dan sampai saat ini satu-satunya – pemain yang pernah
bermain untuk dua klub berbeda yang memenangkan Premier League dua tahun
berturut-turut. Musim berikutnya, setelah berhasil mempertahankan gelar juara
liga, Cantona mencetak dua gol penalti untuk memenangkan Piala FA dengan total
angka 4-0 atas Chelsea. Cantona terpilih sebagai PFA Player of the Year musim
itu.
Di musim
ketiga, Cantona dan Man Utd sepertinya masih melanjutkan tradisi juara dengan
permainan yang konsisten dan hasil yang bagus. Sayang semuanya berakhir
berantakan dan MU harus menyerahkan tahta ke Blackburn Rovers. Semuanya bermula
pada kejadian yang berlangsung pada tanggal 25 January 1995, Cantona yang
sedang melangkah ke kamar ganti terprovokasi oleh Matthew Simmons, seorang
hooligans Crystal Palace. Cantona yang tidak terima dengan ejekan Simmons
melakukan tendangan kungfu diikuti oleh pukulan beruntun. Kasus yang menjadi
berita utama di media Inggris dan dunia ini membuat Cantona menerima denda dan
hukuman tidak boleh bermain selama setahun dalam pertandingan bola manapun di
tanah Inggris dan Wales. Dalam sebuah konferensi pers dan di tengah serangan
pertanyaan wartawan, Cantona mengeluarkan pernyataannya yang paling terkenal
dengan tenang, “Ketika camar mengikuti kapal pukat, itu karena mereka pikir
sarden akan dilemparkan ke dalam laut. Terima kasih banyak.” Usai pernyataan
itu, Cantona bangkit dari kursi dan melenggang pergi dengan santai dari hadapan
pers.
Cantona yang
meledak-ledak sering mengundang kontroversi, pada musim pertamanya dengan MU,
Cantona memukul seorang fan Leeds yang meledeknya dan harus membayar denda. Di
musim kedua, usai diusir keluar lapangan pada Piala Champions saat berhadapan
dengan Galatasaray, Cantona beradu mulut dengan seorang wasit dan harus absen
dalam lima pertandingan karena mendapat kartu merah pada dua pertandingan
berturut-turut.
Setelah masa
hukumannya selesai, Cantona tampil impresif pada debut melawan Liverpool. Ia
mengirim assist untuk Nicky Butt dan mencetak satu gol penalti. Medio Januari,
gol Cantona ke gawang West Ham United mengawali 10 kemenangan beruntun di liga
untuk mengejar defisit 10 poin dari Newcastle United. Gol tunggal Cantona
kembali terjadi pada beberapa pertandingan berikutnya, sekaligus ketika Cantona
menciptakan gol untuk menyamakan kedudukan dengan QPR pada tanggal 9 Maret yang
pada akhirnya membawa Man Utd merebut tahta dari Newcastle United. Mereka tidak
tergoyahkan hingga akhir musim dan memenangkan gelar ketiga liga dalam empat
musim terakhir. Tidak cukup itu saja, Cantona mencetak satu-satunya gol yang
memberikan gelar Piala FA bagi MU saat berhadapan dengan Liverpool dengan
sebuah gol indah yang mungkin gol terbaik Cantona sepanjang masa. Cantona
kembali dari masa-masa gelap dalam hidupnya untuk membawa Man Utd menjadi tim
pertama yang dua kali memenangkan gelar ganda.
Kepergian
Steve Bruce di musim berikutnya menahbiskan Cantona sebagai kapten United,
sekaligus sang raja di Old Trafford. Dengan barisan pemain muda seperti Ryan
Giggs, David Beckham, Paul Scholes, Nicky Butt dan Gary Neville dalam
bimbingannya, Man Utd mempertahankan gelar di musim berikutnya. Sayangnya,
secara mengagetkan Cantona memutuskan bahwa ini adalah musim terakhirnya
bermain sepakbola profesional dan ia menggantungkan sepatu di usia 30 tahun.
Eric Cantona
bersumpah kalau ada satu-satunya alasan dia kembali ke dunia sepakbola Inggris,
itu hanyalah untuk dan hanya untuk menjadi orang nomor satu di Manchester
United.
6. David
Beckham
Di masa
surutnya ‘pemerintahan’ King Eric, karir seorang pemain muda berbakat justru
dimulai. Namanya Beckham, David Beckham, mungkin selebritis bola terbesar
sepanjang jaman. Dibesarkan sebagai bagian dari Fergie’s Fledgling seperti
halnya Ryan Giggs, duo Gary dan Phil Neville, Nicky Butt dan Paul Scholes serta
pemain baru lain seperti Solksjaer dan Roy Keane, Beckham hanya tinggal
menunggu waktu saja sebelum ia masuk ke tim utama. Di awal debutnya di Setan
Merah, Beckham justru mengenakan nomor punggung keramat dunia sepakbola, nomer
10 yang ditinggalkan oleh Mark Hughes. Pada pertandingan perdana melawan
Galatasaray pada tahun 1994, Beckham mencetak gol untuk membantu MU memenangkan
pertandingan 4-0.
Musim
berikutnya Becks – panggilan Beckham, dipinjamkan ke Preston North End untuk
mencari pengalaman di luar Man Utd. Hal yang paling mengesankan? Becks mampu
mencetak gol langsung dari sebuah tendangan penjuru. Musim berikutnya Becks
kembali ke squad Setan Merah.
Nama pemuda
tampan kelahiran 2 Mei 1975 di Leytonstone, London ini menjadi buah bibir
ketika di tahun 1996, ia mencetak gol ajaib saat Man Utd berhadapan dengan
Wimbledon. Kenapa gol itu begitu spesial? Karena Becks mencetak gol dari tengah
lapangan, kemampuannya jelas bukan main-main. Pada saat itulah mata publik
mulai memperhatikan pemuda yang sensasional ini. Pada musim itu, Becks
dianugerahi PFA Young Player of the Year.
Begitu
hebatnya kemampuan pemuda Beckham di mata Alex Ferguson, tahun berikutnya,
Becks mendapatkan nomer punggung ‘kehormatan’ yaitu nomer 7 ketika pos itu
ditinggalkan Eric Cantona. Sayang kepergian sang raja membuat United seperti
anak ayam kehilangan induk dan Arsenal memanfaatkan kesempatan untuk meraih
gelar juara.
Masa
keemasan Becks datang di tahun 1999 ketika ia menjadi bagian dari sejarah
dengan membawa Man Utd memenangkan tiga gelar juara, Piala FA, juara Liga
Inggris dan juara Piala Champions. Ketiga gelar ini diraih dengan kemenangan
fantastis yang harus direbut dengan perjuangan sepanjang musim. Musim
berikutnya, Becks berhasil menjadi runner up European Footballer of the Year
dan FIFA World Player of the Year di belakang Rivaldo. Hasil ini juga
membantunya menjadi kapten tim nasional Inggris mulai dari tahun 2000 hingga
2006 sebelum ia mundur dari jabatan tersebut.
Hubungan
renggang dengan pelatih legendaris Sir Alex Ferguson usai pernikahannya dengan
Victoria Adams anggota Spice Girls membuat Becks angkat kaki dari Old Trafford
dan memilih Santiago Bernabeu sebagai tujuan berikutnya. “Tidak pernah terjadi
masalah sampai ia menikah. Dia biasa berlatih di akademi pada malam hari dengan
tekun, dia anak muda yang fantastis. Memasuki pernikahan dengan sorotan dunia
entertainment bukanlah hal yang mudah – sejak saat itu, hidupnya tidak pernah
sama lagi. Begitu besarnya dia sebagai selebritis, sepakbola hanya menjadi
bagian kecil kehidupannya.” ungkap Sir Alex Ferguson ketika menyoroti
pernikahan Beckham.
Pada kali
lain, Sir Alex juga menyatakan kekagumannya, “Beckham berlatih dengan
kedisplinan untuk mendapatkan akurasi yang tidak dipedulikan pemain lain.”
7. Cristiano
Ronaldo
Pemuda
kelahiran 5 Februari 1985 bernama lengkap Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro
ini mungkin salah satu pemain terbaik di dunia saat ini, pemain sayap
yang bisa didorong ke depan lengkap dengan akselerasi yang hebat, kaki yang
lincah, tendangan dan sundulan yang akurat serta tajam.
Saat pertama
kali bergabung dengan Manchester United Cristiano Ronaldo menginginkan nomor
punggung 28, sama seperti yang ia gunakan di Sporting. “Ketika aku bergabung,
manajer menanyakan nomor punggung mana yang aku inginkan. Aku bilang 28. Tapi
Ferguson bilang tidak. ‘Kamu akan mengenakan nomor punggung 7’. Nomor punggung
itu adalah legenda dan menjadi penambah motivasi.”
Ronaldo
memulai debutnya bagi Setan Merah sebagai pemain pengganti dalam duel melawan
Bolton Wanderers. Gol pertama Ronaldo dicetak melalui tendangan bebas ketika MU
mengalahkan Portsmouth 3-0 pada tanggal 1 November 2003. Ronaldo-lah pencetak
gol United ke-1000 dalam kompetisi Liga Inggris pada tanggal 29 Oktober 2005
walaupun pada saat itu MU menderita kekalahan 1-4 di tangan Middlesbrough. Di
musim pertamanya, Ronaldo mencetak 10 gol di semua kompetisi dan gelar FIFPro
Special Young Player of the Year pada tahun 2005 jatuh ke tangannya.
Musim
berikutnya permainan Ronaldo yang mulai menyatu dengan teman satu tim
membuahkan hasil, permainan MU berkembang pesat. Bulan November dan Desember
2006 Ronaldo mendapatkan penghargaan Barclays Player of the Month, pemain
ketiga dalam sejarah Premier League yang meraih penghargaan ini berturut-turut
setelah Robbie Fowler pada tahun 1996 dan Dennis Bergkamp di tahun 1997. Golnya
ke gawang Manchester City pada tanggal 5 Mei 2007 menahbiskan gelar Premier
League pertama setelah empat tahun Setan Merah tanpa gelar dan sekali lagi
Ronaldo terpilih menjadi penerima penghargaan FIFPro Special Young Player of
the Year. Penghargaan ini kemudian disusul dengan gelar PFA Players’ Player of
the Year dan PFA Young Player of the Year sekaligus PFA Fans’ Player of the
Year untuk melengkapi hattrick penghargaan yang diberikan padanya dalam satu
musim.
Menyadari
kemampuannya yang diatas rata-rata, Man Utd memutuskan untuk memperpanjang
kontrak Ronaldo dan memberikan bayaran mingguan tertinggi sepanjang sejarah
United untuknya. Di tahun yang sama Ronaldo menjadi runner up Ballon d’Or di
belakang Kaká dan berada di tempat ketiga FIFA World Player of the Year di
belakang Kaká dan Lionel Messi.
Di partai
final Piala Champions di akhir musim 2007-2008 melawan rival satu liga,
Chelsea, Ronaldo mencetak gol pembuka setelah menit ke-26 walaupun kemudian
Chelsea mencetak gol balasan dan pertandingan harus diperpanjang ke adu
penalti. Ronaldo gagal mencetak gol pada adu penalti dan MU seakan sudah
kehilangan harapan untuk memenangkan gelar. Beruntung, keajaiban terjadi. John
Terry terpeleset karena licinnya lapangan dan tembakannya melenceng. Setan
Merah memenangkan Piala Champions dengan kemenangan 6-5 atas Chelsea. Musim
hebat itu diakhiri Ronaldo dengan penghargaan UEFA Fans’ Man of the Match
melalui penampilannya di final Piala Champions. Sepanjang musim Ronaldo
mencetak 42 gol di semua kompetisi, 4 gol lebih sedikit dibandingkan rekor 46
gol dalam semusim yang diciptakan Denis Law pada musim 1963-1964.
2 Desember
2008, Ronaldo menjadi pemain Man Utd pertama yang meraih Ballon d’Or sejak
George Best di tahun 1968 dan mengungguli rival terhebatnya, Lionel Messi. Dia
juga menjadi pemain Premier League pertama yang mendapatkan gelar FIFA World
Player of the Year, juga pemain Portugal pertama sejak Luis Figo di tahun 2001.
Memperoleh
segalanya di Manchester United membuat Ronaldo jenuh, konon dia ingin tantangan
baru dan menyampaikan niatnya untuk hijrah ke Real Madrid, tim yang telah
mengejarnya sejak dua tahun belakangan. Setelah musim sebelumnya berusaha keras
menahan kepergian Ronaldo, Ferguson akhirnya mengijinkan anak emasnya itu
pindah dan kucuran dana hebat Real Madrid menjadikan Cristiano Ronaldo sebagai
pemain termahal dunia.
8. Michael
Owen
Michael
James Owen lahir 14 Desember 1979 di Chester, Inggris. Mengikuti jejak ayahnya
bermain bola, Owen mengawali karir di Liverpool pada tahun 1996 dan masuk ke
tim utama sejak Mei 1997. Di musim pertamanya, Owen memuncaki tangga top skor,
prestasi ini diulanginya di musim berikut. Masa keemasannya hadir pada tahun
2001 ketika Liverpool memenangkan Piala UEFA, Piala FA dan Piala Liga. Hasil
ini menghadirkan penghargaan Ballon d’Or bagi Owen. Selama karirnya di
Liverpool, Owen mencetak 118 gol dalam 216 penampilan.
Di tingkat
nasional, Owen dipanggil masuk ke timnas di tahun 2008 untuk menjadi pemain
Inggris termuda di Piala Dunia. Di sana, ia juga menjadi pencetak gol termuda.
Penampilannya di Piala Dunia 1998 menjadi sorotan dan pujian pengamat, ia mencetak
gol lagi bagi timnas Inggris di Euro 2000, Piala Dunia 2002 dan Euro 2004. Owen
adalah satu-satunya pemain yang telah mencetak gol di empat turnamen besar bagi
Inggris.
Tahun 2004
Owen pindah ke Real Madrid namun gagal menempati starting lineup, walaupun
begitu Owen berhasil mencetak 13 gol. Musim berikutnya Owen pulang ke Liga
Inggris untuk bergabung dengan Newcastle United, karirnya seakan membaik di
awal musim, sayang cidera memaksanya absen hingga 18 bulan. Ketika kembali ke
lapangan hijau, dia menjadi kapten The Magpies dan menjadi pencetak gol
terbanyak bagi Newcastle sepanjang musim. Sayang prestasi The Magpies hancur
lebur. Di akhir kontraknya, Newcastle terdegradasi ke divisi 1 dan Owen pun
angkat kaki ke Theatre of Dreams dengan status bebas kontrak.
Kepergian
sang mahabintang Cristiano Ronaldo membuat kostum bernomor punggung 7 tanpa
nama. Sir Alex Ferguson memberikan kostum legendaris itu pada Owen. Ia mencetak
gol perdana bagi MU pada pertandingan persahabatan melawan Malaysian XI sebagai
pemain pengganti. Gol resmi pertamanya hadir ketika MU mengalahkan Wigan
Athletic 5-0 dan hattrick pertamanya sejak 2005 hadir ketika MU mencukur
Wolfsburg 3-1 di ajang Piala Champions.